Sabtu, 23 Mei 2009

PYROGEN 

Pirogen berasal dari kata pyro yang artinya keadaan yang berhubungan dengan panas, dan kata Gen yang artinya membentuk atau menghasilkan. Pirogen adalah suatu produk mikroorganisme, terutama dari bakteri gram negatif dan dapat berupa endotoksin dari bakteri ini. Endotoksin ini terdiri dari suatu senyawa komplek yaitu terdiri dari suatu lipopolysaccharida yang pyrogenic, suatu protein dan suatu lipid yang innert.
Pada tahun 1923 Seibert membuktikan bahwa pirogen adalah substansi yang tidak tersaring, thermostabil, dan non – volatile. Pada tahun 1937 Co Tui membuktikan bahwa kontaminasi pirogen ini juga terjadi pada alat-alat seperti wadah-wadah untuk melarutkan obat suntik, juga pada zat kimia yang digunakan sebagai zat berkhasiat. Pirogen dapat bersumber dari:
– Pelarut
– obat itu sendiri
– peralatan
– karena metode penyimpanan.
Pirogen dapat berbahaya bila :
a. Injeksi volume besar akan mengandung pirogen yang besar pula.
b. Injeksi Volume besar (infus). Biasanya diberikan Intra vena efek cepat.
c. Infus untuk pasien gawat, bila terjadi penaikan suhu badan bisa berakibat fatal.
Sifat-sifat pirogen :
a. Thermostabil, proses sterilisasi > 200ºC.
b. Larut dalam air. Sehingga tidak bisa memakai penyaring bakteri.
c. Tidak dipengaruhi oleh bakterisida yang biasa.
d. Tidak menguap, destilasi biasa ada yang ikut bersama percikan air
e. Berat molekul (BM) antara 15.000 – 4.000.000
f. Ukuran umumnya 1 – 50µm


Pirogen secara garis besar dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu pirogen endogen, dan pirogen eksogen. 
• Pirogen endogen
Pirogen endogen adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam tubuh kita sendiri sebagai reaksi kekebalan melawan kuman penyakit yang masuk ke tubuh. Misalnya interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), alpha-interferon, dan tumor necrosis factor (TNF).
• Pirogen eksogen 
Pirogen eksogen merupakan faktor eksternal tubuh yang menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh manusia. Misalnya bagian dari sel bakteri dan virus. Selain itu, bisa juga berupa zat racun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau virus tertentu. 

Suatu pirogen apabila masuk ke dalam tubuh maka pirogen menjadi suatu benda asing yang dapat menimbulkan respon imun berupa demam. Proses terjadinya demam dimulai dari terpaparnya tubuh manusia terhadap pirogen eksogen yang kemudian akan mengakibatkan terstimulasinya pirogen endogen untuk melindungi tubuh dan menciptakan kekebalan melawan pirogen eksogen tersebut. 
Pusat pengaturan suhu manusia (termoregulator) terletak di bagian otak yang bernama hipotalamus dan batang otak. Termoregulator ini berfungsi untuk mengatur produksi, konservasi, dan pengeluaran panas tubuh yang pada akhirnya akan menjaga kestabilan suhu inti tubuh. Selama proses demam, suhu inti tubuh menjadi naik, akibatnya termoregulator akan beradaptasi dengan cara membentuk setting point (titik pengaturan) tersendiri yang lebih tinggi dari suhu normal. Dengan kata lain demam itu bertujuan untuk menjaga agar proses termoregulasi tubuh tetap berjalan normal.

Mekanisme pengaruh pirogen pada timbulnya demam
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, demam dapat timbul dari terpaparnya tubuh manusia terhadap pirogen eksogen yang kemudian akan mengakibatkan terstimulasinya pirogen endogen untuk melindungi tubuh dan menciptakan kekebalan melawan pirogen eksogen tersebut, atau disebabkan pengaruh pirogen endogen itu sendiri. Contoh pirogen endogen yanga ada dalam tubuh adalah interleukin-1 (IL-¬1), α-interferon, dan tumor necrosis factor (TNF). IL-1 berperan penting dalam mekanisme pertahanan tubuh yaitu antara lain dapat menstimulasi limfosit T dan B, mengaktivasi netrofil, merangsang sekresi reaktan (C¬reactive protein, haptoglobin, fibrinogen) dari hepar, mempengaruhi kadar besi dan seng plasma dan meningkatkan katabolisme otot. IL¬-1 bereaksi sebagai pirogen yaitu dengan merangsang sintesis prostagalndin E2 di hipotalamus, yang kemudian bekerja pada pusat vasomotor sehingga meningkatkan produksi panas sekaligus menahan pelepasan panas, sehingga menyebabkan demam. TNF (cachectin) juga mempunyai efek metabolisme dan berperan juga pada penurunan berat badan yang kadang-kadang diderita setelah seseorang menderita infeksi. TNF bersifat pirogen melalui dua cara, yaitu efek langsung dengan melepaskan prostaglandin E2 dari hipotalamus atau dengan merangsang perlepasan IL-1. Sedangkan, alpha-interferon (IFN-α) adalah hasil produksi sel sebagai respons terhadap infeksi virus. 
 
Prostaglandin yang dihasilkan pirogen-pirogen itu kemudian mensensitisasi reseptor dan diteruskan oleh resptor sampai hypotalamus yang akan menyebabkan peningkatan derajat standart panas hypotalamus (Hypotalamic Termostat). Peningkatan derajat standart panas hypotalamus inilah yang akan memicu sistem pengaturan suhu tubuh (termoregulation) untuk meningkatkan suhu, maka terjadilah demam.
Pada saat kita demam, sebenarnya tubuh juga mengeluarkan zat-zat tertentu untuk membantu menurunkan demam. Misalnya arginine vasopressin (AVP), melanocyte-stimulating hormone (MSH), dan corticotropin-releasing factor. Efek anti demam ini yang menyebabkan terjadinya fluktuasi suhu tubuh selama kondisi demam. Untuk pengatasan demam, penggunaan obat-obatan penurun panas harus dipertimbangkan sebaik-baiknya. Beberapa prosedur menganjurkan menggunakan obat hanya pada saat demam mencapai suhu yang sangat tinggi ataupun memberikan efek samping yang berbahaya, seperti kerusakan sel-sel saraf atau kejang. Jadi tidak selalu proses demam membutuhkan pengobatan dengan obat-obatan, namun bisa juga dengan hanya melakukan kompres terhadap pasien. Kompres dengan menggunakan air hangat jauh lebih efektif dalam menurunkan panas dibandingkan dengan kompres menggunakan air dingin ataupun alkohol. Anak-anak lebih rentan terhadap terjadinya demam, karena respon tubuh terhadap terjadinya infeksi masih belum sempurna. Dengan adanya infeksi ringan saja, respon tubuh anak akan menimbulkan demam yang cukup tinggi. Lain halnya dengan orang yang sudah lanjut usia, respon tubuh terhadap terjadinya infeksi sudah menurun, oleh sebab itu, kemungkinan untuk menderita sakit maupun kematian akibat penyakit infeksi menjadi meningkat pada orang tua. Prinsip kerja obat penurun panas umumnya yaitu dengan menghambat biosintesis atau pembentukan prostaglandin. Contoh obatnya adalah Parasetamol, Aspirin, dll.
   
Setiap sediaan steril yang akan diinjeksikan ke dalam tubuh harus lulus uji sterilitas dan uji pirogenitas. Syarat sediaan steril yang harus dilakukan uji pirogen sebelum nantinya dapat digunakan adalah, sediaan steril itu digunakan dalam jumlah besar (volume besar) yaitu yang lebih dari 10 ml. Untuk sediaan yang setelah diuji ternyata mengandung pirogen, maka sediaan tersebut tidak memenuhi syarat dan tidak dapat digunakan. Atau dapat juga dilakukan penghilangan pirogen dengan beberapa metode, antara lain:
1. Cara destilasi
2. Cara pemanasan
3. Cara penyerapan
4. Cara depyrogenasi
5. Dengan penukar ion
6. Dengan gamma radiasi
7. Getaran ultrasonik.
http://ffarmasi.unand.ac.id/fulltext/pyrogen.pdf
Oleh karena itu pada sediaan farmasi steril harus dilakukan uji pirogen terlebih dahulu, sehingga dapat membatasi resiko reaksi demam pada pasien, dan agar pasien nantinya dapat mendapatkan obat dengan efek yang sesuai. Untuk pengatasan pasien yang terkena sediaan pirogen, maka segera diobati dengan pemberian obat penurun panas ataupun demam.
Substansi dan preparat yang harus bebas pirogen, antara lain:
– Air untuk injeksi
– Larutan infus
– Antibiotika
– Garam asam organik (misalnya: Calcium glukonas)
– Obat tetes dan substansi lain, yang diberikan intravena sebagai diagnostic. Misalnya: Inulin - Indigocarmin - Conggored , dsb.
– Produk-produk darah. Misalnya : albumin
– Produk-produk hewani. Misalnya: heparin, gelatin (sebagai penganti plasma), chorionic gonadotropin

Uji pirogen
Uji pirogen adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakan suatu sediaan uji bebas pirogen atau tidak (Anonim, 1995). Uji ini dilakukan setelah melalui uji sterilitas. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa tujuan uji ini adalah untuk membatasi resiko reaksi demam pada pasien (Anonim, 1995).
Uji pirogen dapat ditentukan dengan beberapa cara yaitu:
– Penentuan pirogen secara fisiko kimia. (kuantitatif pirogen)
1. Dengan fotokolorimetri. Reagen Tetrabrom phenolphthalein (TBP) dan penambahan asam acetat 0,2 N, sehingga timbul warna.
2. Polarografi. Pirogen mempunyai panjang gelombang maksimum oksigen pada polarografi.
3. Elektroforesis
4. Spektrofotmetri. Pirogen mempunyai absorbsi spektrum ultraviolet pada E maksimum 265nm.
– Penentuan pirogen secara biologis. (kualitatif dari pirogen)
1. Pengujian pengukuran temperatur badan hewan percobaan. (Rabbit Test)
2. Perhitungan sel darah putih
3. Tes limulus (LAL test)

2 komentar:

  1. kak, maaf mau tanya, ini sumber referensinya dari mana ya? hehe, biar bisa dimasukin ke daftar pustaka. makasih kak ^^

    BalasHapus
  2. kasian ni blog udah ga pernah diurus

    BalasHapus